Home » » Pertempuran Surabaya 1945 (1) Sungkono Muda dan Pidato yang Menentukan

Pertempuran Surabaya 1945 (1) Sungkono Muda dan Pidato yang Menentukan

Posted by BEREDAR KABAR on Rabu, 08 Februari 2012

BUKU SEJARAH - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo (kiri) menerima buku sejarah pahlawan catatan warga Australia Francis Palmos (kanan), usai pelaksanaan upacara Peringatan Hari Pahlawan, di Monumen Tugu Pahlawan, Surabaya, Jatim, Kamis 10 November.(foto:dok/antaranews.com)
Kebanyakan anak muda dan pembaca generasi yang lebih tua mungkin tidak mengetahui bahwa dua dari sejumlah pidato terbaik, yang paling penting dalam sejarah Republik Indonesia itu dibuat pada sore dan malam hari Jumat tanggal 9 November 1945. Yang pertama dibuat oleh Kolonel Sungkono muda.
Buku-buku sejarah memberi tahu kita tentang pidato Bung Karno muda di pengadilan Bandung, Indonesia Menggugat, di hari-hari sebelum kemerdekaan. Pidato ini pada akhirnya membawanya ke penjara dan membuatnya diasingkan beberapa kali.
Mereka juga mengetahui pidato singkat Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, di Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jalan Proklamasi), Jakarta. Namun, yang tidak disadari kebanyakan anak muda Indonesia: Proklamasi hanyalah kemerdekaan di atas kertas. Kenyataannya tidak ada kemerdekaan di Jakarta.
Sekutu mengendalikan Jakarta (mereka masih menyebutnya Batavia), Bogor, Bandung, Cirebon, Medan, dan Semarang. Surabaya adalah satu-satunya kota yang bebas dari pengawasan Sekutu, sejak 22 Agustus sampai akhir November 1945.
Para arek Surabaya ini berhasil mengalahkan Jepang, mencopot mereka dari jabatan administrasi, mengambil 90 persen senjata mereka, dan mengontrol media, komunikasi, kereta api dan transportasi jalan, listrik, gas dan air, serta rumah sakit. Mereka menempatkan tentara Jepang di kamp-kamp untuk dikirim pulang dan tentara Jepang yang menolak akan dibunuh.
Inggris membuat kesalahan dengan menduduki Surabaya pada 27–28 Oktober. Pada 28–29 Oktober pasukan arek Surabaya bersama warga lain menyerang tentara Inggris dan memecah belah mereka, membunuh beberapa ratus tentara Inggris, dan menggiring tentara Inggris kembali ke kapal mereka.
Tujuan Inggris adalah untuk mendirikan pemerintahan NICA. Jika mereka bisa menguasai Surabaya dengan cepat, seluruh Nusantara yang tadinya melawan akan menjadi koloni Belanda di Hindia Belanda.
Secara diam-diam Inggris membangun kekuatan kembali, membawa kapal perang, tank, pengebom, dan ribuan pasukan pendukung. Mereka mengeluarkan ultimatum untuk rakyat Surabaya agar menyerahkan senjata mereka pada malam 8 November, atau menghadapi serangan besar. Kali ini, Inggris jauh lebih siap untuk serangan yang kedua kalinya.
Pidato Sungkono
Yang pertama dari pidato singkat tetapi hebat itu adalah pidato yang disampaikan Kolonel Sungkono. Pada Jumat sore 9 November, di Jalan Pregolan No 4, dengan suara bulat dia terpilih sebagai Panglima Angkatan Pertahanan Surabaya.
Pidatonya di hadapan ribuan arek Surabaya muda dan anak buahnya di Unit 66 pada malam serangan Inggris di Surabaya merupakan pidato yang bersejarah. Anak buahnya berperang menghadapi tentara Inggris terbaik yang memiliki senjata dan alat komunikasi modern.
Sementara itu, anak buahnya hanya maju ke medan laga dengan senapan mesin ringan, senapan laras panjang, granat, dan beberapa tank lama, serta bambu runcing. Bagi seorang militer yang serius, ini mungkin waktunya untuk menyerah.
Sebaliknya, Sungkono justru mengatakan: “Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan Kota Surabaya… Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini. Kalau saudara-saudara mau meninggalkan kota, saya juga tidak menahan; tapi saya akan mempertahankan kota sendiri…”
Semua anak buahnya tetap tinggal untuk berperang.
Mantan Jenderal Suhario, yang waktu itu masih mahasiswa berusia 24 tahun dan turut serta dalam pengepungan Polisi Rahasia Kempetai, mengenang sikap Sungkono malam itu:
"Seperti biasanya malam itu Sungkono tetap bersikap tenang selama melakukan inspeksi persiapan pertahanan. Dia datang ke markas saya di tengah malam, bersama dengan Kretarto dan tiga perwira. Dia bertanya, ‘Apakah kamu siap?'
Saya menjawab: 'Ya! Siap!'
Itu saja! Kami tidak ambil pusing! Tidak ada lagi yang bisa kami katakan. Kami siap. Dia kemudian pergi ke kegelapan malam. Sungkono pergi mengelilingi kota malam itu, (memeriksa semua unit) menanyakan apakah mereka sudah siap. "
Tak perlu lagi banyak bicara. Ini adalah masalah merdeka atau mati. Jadi apakah yang akan dihadapi para pejuang Surabaya yang menyebut diri mereka Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah komando Sungkono, dalam menghadapi invasi besar-besaran oleh tentara Inggris yang telah dipersiapkan matang? Kemungkinannya, baik Inggris maupun para perwira Belanda akan berkata, "Surabaya akan bertekuk lutut pada hari pertama!"
Surabaya bertahan selama lebih dari 20 hari. Setelah lima hari, Surabaya menjadi perhatian dunia. Setelah 10 hari dana Inggris terkuras habis, dan korban perang di pihak Inggris sangat banyak. Tekanan internasional terhadap Belanda dan keberatan dari India menyebabkan Inggris mendesak Belanda untuk berunding dengan Republik Indonesia.
Surabaya telah menyelamatkan Republik Indonesia. Benar, Sungkono dan anak buahnya akhirnya harus menarik diri ke perdesaan di Jawa Timur di akhir bulan, tetapi pada saat itu Surabaya dan Republik Indonesia sudah dikenal di seluruh dunia.

v  Penulis : Dr Francis Palmos, mantan wartawan dan sejarawan Australia.  
v  Sumber: Sinar Harapan
v Link:    http://www.sinarharapan.co.id/content/read/pertempuran-surabaya-1945-1-sungkono-muda-dan-pidato-yang-menentukan/

Thanks for reading & sharing BEREDAR KABAR

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda?